PURWAKARTA - Purwakarta dikenal sebagai penghasil ikan air tawar terutama dari waduk Jati Luhur melalui Budidaya Kerambah Jaring Apung (KJA). Pada tahun 2015 produksi ikan air tawar dari Purwakarta mencapai puncak 110 Ton Per tahun. Tapi produksi mulai menurun sejak adanya Surat Keputusan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil tentang penataan KJA. Jumlah KJA rencananya dikurangi hingga tersisa sebanyak 11.300 unit dari yang terdata saat ini mencapai lebih dari 32.000 unit.
Saat tim Bina Tani Indonesia datang ke pengusaha KJA di waduk Jati Luhur bertemu dengan Sunda Wikara yang juga merupakan putra Daerah serta ditemani Dr. H. Vitra Yozi Chaniago, SE., ME., Ak., CA dari Centre Of Science Tax and Accounting (COSTA) yang mendampingi para pembudidaya mengatakan saat ini pakan ikan 100% masih bergantung pada pakan jadi dari pabrik.
Tim Bina Tani Indonesia yang datang, Omo Kusnadi selaku Direktur, Hidayatullah Selaku Direktur Marketing dan Ahmad Mulyana Tim IT. Kedatangan tim ini ke Jati Luhur guna berbagi bagaimana menyusun formulasi pembuatan Pakan Mandiri bagi pembudidaya KJA di sana.
Sundana sebagai pemiliki 64 KJA mengatakan satu blok KJA membutuhkan kurang lebih 64 ton pakan untuk satu bulan atau sekitar kira-kira 300 Ton untuk satu periode budidaya dan semua pakan masih bergantung pada buatan pabrik. Ide pembuatan pakan Mandiri disambut baik oleh Sundana dan mereka akan meng-koordinasikan tentang mekanisme implementasi produksi pakan mandiri untuk penggunaan sendiri.
Omo Kusnadi mengatakan produksi pakan mandiri secara kualitas tidak kalah dengan pakan pabrikan yang mengacu pada standar pencapaian performa produksi, meliputi Survival Rate (SR), Avarage Daily Gain (ADG), Feed Conversion Ratio (FCR) serta kualitas daging ikan.
"Kisaran penghematan yang dapat dipangkas secara biaya oleh pembudidaya antara Rp1.500 sampai dengan Rp 2.000 per kg. Bahan pakan juga bisa didapat dari pemanfaatan bahan lokal yang ada disekitar lingkungan, " jelas Omo. (HK)